Teknik Dasar Fotografi bagi temen-temen semua yang udah lama
berkecimpung dengan dunia fotografi nggak bakal asing dengan istilah
Arperture, Shutter speed, ISO, Exposure, dan istilah-istilah lain.
kadang juga sering denger fotogtafer yang bilang “Kok kayaknya
exposurenya terlalu gelap yah?” Apa gak terlalu OE (Over exposed) tuh
poto? Lha dalah.. exposure saya harusnya gimana to?
Jangan khawatir dan bingung dengan intilah-istilah aneh di atas friend.
aku bakal membagi secuil ilmu yang aku pernah dapet tentang fotografi.
tapi bukan berarti aku udah jago fotografi ya,,aku juga seorang Newbie
kok yang bakal terus belajar,,dan aku membagi artikel ini juga berdasar
pada artikel-artikel yang udah banyak di share di dunia maya kok.
dan satu hal yang pertama dan utama untuk belajar FOTOGRAFI adalah
menegtahui teknik dasarnya yaitu… EXPOSURE…dan moga-moga temen-teman
yang baca artikel ini, amal ibadahnya diterima di sisinya,,eh salah
maksudnya teman-teman akan mendapatkan sesuatu yang baru dan dapat di
langsung dicoba di teknik fotografi.
Setelah membaca artikel ini insyaAllah teman-teman semua gak benar-benar
awam lagi dengan yang namanya: Aperture, Shutter Speed dan ISO,
istilah-istilah seperti Aperture Priority, Shutter Priority, Manual
Aperture and Shutter dan kapan paling efektif untuk memakainya. tau apa
itu Panning teknik dan bagaimana sih biar bisa panning?,.lalu apa itu
Depth of Field, Mengerti tentang Shutter Speed tentang pembekuan gerakan
(Freezing), menghasilkan efek arus (flowing effect)
oke deh langsung aja…tapi sebelumnya kamera DSLR (maap buat yang camdig
mungkin lain kali aku share teknik tentang camdig) silahkan di setting
pada posisi Manual, karena percuma dong punya DSLR pake full auto
mending ganti camdig aja om,hehe…:p
Kamera yang aku pakai adalah DSLR Canon EOS 1000d tapi secara garis
besar basic dari setiap DSLR itu sama kok dan bisa di implementasikan di
fotografi secara general (dan bagi yang bebeda “agama” monggo
menyesuaikan).
TAKE A NICE EXPOSURE
Kalau teman-teman bertanya “Seharusnya exposure saya gimana sih?” yah
gampang sih jawabnya, “Exposure teman-teman harus bener!” ya kan? bener
itu gimana ya sesuai kebutuhan,,tetapi pada umunya yang diharapkan
Exposure itu seimbang bukan Over atau Under. Nah, exposure itu bisa di
golongkan kepada 3 hal yang saling erat hubungannya, mereka adalah:
1. Aperture = bukaan diafragma lensa biasanya dalam ukuran f/2.8, f/5.6 dan seterusnya
2. Shutter Speed = bukaan berapa lama film menerima cahaya sewaktu
diafragma di buka; dalam ukuran 2s, 1/250s ,1/500s, dan seterusnya (s =
seconds, detik)
3. ISO, Speed of the film = internasional stteman-temanrd untuk
sensitifnya film. contoh: ISO 400 lebih sensitif daripada ISO 200, ISO
200 lebih sensitif daripada ISO 100, dan seterusnya.
di dalam seting kamera (pada bagian atas body ada lingkaran yang bisa
diputer-puter) ada istilah Manual (M), Aperture Priority/Arperture Value
(pada nikon: A canon: AV), Shutter Priority (nikon: S canon: TV),
Automatic? kan lebih asik automatic dong?
“Ok, bukannya kalau kamera di set P (Automatic atau Program Mode) terus
kan tinggal jepret aja om kan semuanya sudah di atur otomatis, nah terus
ngapain harus ngerti 3 bahasa aneh di atas coba?”. Nah kalo temen-temen
sudah puas sama P (Automatic atau Program Mode) exposure setting camera
kalian, ya ngapain teman-teman beli DSLR dan baca baca artikel ini?
kenapa sih kita harus ngerti 3 istilah diatas karena kalau kita
menguasai dasar-dasarnya pasti kita bakalan lebih mendapatkan exposure
yang lebih baik atau lebih banyak kesempatan teman-teman akan
mendapatkan exposure yang sempurna. Bukankah lebih baik untuk
mempelajari Manual to?
Nah sekarang coba liat di viewfinder (itu lho kotak kecil yang
teman-teman lihat di camera untuk motret) di sana pasti ada semacem gini
nih: +””’0”””’- ya kan? Nah jika teman-teman memutar control dial (itu
lho yang kaya scroll mouse) di camera temen-temen, tanda panah akan
bergeser sesuai dengan yang kalian hendaki, jika teman-teman mutar ke
kanan, panahnya ke kanan, kalo ke kiri ya panahnya ke kiri. Biasanya
kalau ke kiri valuenya semakin besar atao ke positif kalo ke kiri
valuenya semakin kecil dan ke arah negatif.
Aperture priority (biasanya A atau Av)
Dalam mode AV ini, kalian memilih lens aperture (bukaan diafragma
seperti pupil mata) secara manual, sedangkan secara otomatis kamera
teman-teman akan menghitung berap shutter speed yang pas. Coba set
camera teman-teman ke Aperture Priority, nah di Aperture priority,
teman-teman ngatur Aperturenya secara manual, dan camera teman-teman
akan mengatur Shutter Speed secara otomatis untuk memberikan exposure
yang kamera teman-teman pikir “PERFECT”.
Umumnya Aperture Priority ini dipakai bila keadaan:
1. Cahaya sekeliling sangat minimal. Contoh: dalam event wedding atau
dalam event pesta wisuda silahkan untuk setting kamera ke A pada bukaan
yang besar (yang angkanya kecil), karena kamera kalian lah yang akan
memilih shutter secepat mungkin untuk mendapatkan exposure yang sempurna
dan dengan setting Aperture yang dihendaki.
2. jika temen-temen menginginkan maksimum depth-of-field (ruang tajam)
dan objectnya tuh tidak bergerak jadi semua akan tampak jelas dan tidak
ada blur. pilihlah Aperture sekecil mungkin untuk memaksimumkan Depth of
Field (akan di bahas di bawah ini)
Shutter Priority (biasanya S)
Di dalam mode ini, teman-teman memilih shutter speed secara manual dan
meter kamera teman-teman akan memilih aperture secara otomatis. Sama
dengan Aperture Priority tetapi kali ini yang teman-teman prioritaskan,
dalam kata lain yang teman-teman bisa ngatur itu yah shutter speednya,
camera teman-teman akan mengatur Aperture secara automatis yang di pikir
kamera teman-teman exposurenya “PERFECT”.
Karena hanya dengan Shutter Priority ini lah kita bisa:
a. FREEZE MOTION = pembekuan gerakan yang terekam di film, dan
b. IMPLYING MOTION = untuk menghasilkan flowing effect, yang bersifat memberikan efek gerakan
shutter maksimal dapat digunakan pada:
. Panning teknik. Panning adalah teknik perekaman object yang bergerak
sehingga menghasilkan effect gerakan dan bisa terlihat jika object yang
terfokus adalah object yang sedang moving atau bergerak. (akan
dijelaskan lebih lanjut disini
ada 3 rahasia untuk mendapatkan hasil panning yang memuaskan:
Rahasia #1: Teman-teman harus PARALEL dengan object yang bergerak itu.
Dari contoh di bawah ini, tahap awal siapkan kamera dan tunggu sampai
mobilnya tuh persis di depan kalian, dan langsung pencet shutter dengan
badan mengikuti arahnya mobilnya melaju setelah memencet shutternya.
Rahasia #2: Pilihlah Shutter Speed yang paling cocok untuk objek yang bergerak itu. Biasanya aku pakai Shutter 1/20 atau 1/30
Rahasia #3: Jangan pakai tripod. Pakailah badan teman-teman sebagai
tumpuan yang mengayun dari kiri ke kanan atau sebaliknya searah dengan
object yang akan di potret.
Manual Exposure (biasanya M)
Nah Manual Exposure ini lah yang memungkinkan kita mengatur sendiri
panah2 tadi yang sudah aku jelaskan di atas untuk mendapatkan exposure
yang KITA hendaki “PERFECT EXPOSURE” sekali lagi, bukan kamera kita yang
mikir perfect tapi kita sendiri. Karena di Manual inilah kita bisa
mengatur Aperture dan Shutter Speed secara manual.
“Nah terus apa hubungannya di antara tiga bahasa aneh dan jelek di
atas itu, apa sih tadi Aperture, Shutter Speed dan ISO, huh?” Ok. Nih
aku jelasin yah.
1. APERTURE (Diafragma)
Aperture adalah bukaan lensa untuk mengatur berapa banyak cahaya yang
masuk. Ukuran aperture biasanya bisa di liat dengan f/ number. Semakin
besar nomer f/ nya semakin kecil bukaan lensanya. Dengan kata lain,
semakin kecil nomer f/ nya, semakin GEDE bukaan lensanya. CONTOH: f/2.8
bukaannya lensanya tuh lebih besar daripada f/11. Aperture ini lah yang
biasanya orang orang di kritik fotografer.net pada bilang “Wahhhh bagus
bener DOFnya, bagus bener pemteman-temanngannya!” Nah sekarang ngerti
kan kalo Aperture ini adalah sang komandan yang bertanggung jawab atas
wilayah ketajaman di dalam satu foto. DOF, kepanjangan dari
Depth-of-Field, yaitu wilayah di sekeliling subject yang di rekam oleh
camera yang layak tampil tajam di hasil potonya.
Ukuran Aperture dalam perbedaan ukuran satu stop adalah:
f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8 -> f/11 -> f/16 -> f/22
Dari f/2 sampe ke f/2.8 di katakan Aperturenya turun 1 stop dalam kata
laen -1. Dari f/4 turun 3 stop ke f/11. Di katakan turun adalah jumlah
cahaya yang masuk melalui diafragma kan lebih sedikit jadi oleh karena
itu di katakan turun.
2. SHUTTER SPEED (Kecepatan penutup lensa)
Nah apa ini? Kalo tadi Aperture kan ngatur berapa banyak cahaya yang
masuk kan? Nah kalo Shutter Speed ini ngatur berapa lama cahaya itu
masuk ke film. Contohnya: shutter speed 2s (2 detik) tentunya cahaya
yang masuk lebih lama ya kan? kalo shutter speed 1/1000s ( 1/1000 detik
lho) ya jelas aja cahaya yang masuk cuman sekilat aja. Gampang kan?
Shutter speed 1 (semakin lambat shutter speed, cahaya yang di peroleh film akan semakin banyak)
Nah di contoh yang ini di ambil di air terjun curuk cilember alias
curuk7 di daerah puncak, data dari foto tersebut adalah: 2s f/16.0
panjang fokal 50mm . tapi ini baru 2 detik harusnya 5 atau 10 detik
sayangnya nggak bawa tripo.. kalo ga gitu kan ga bisa create kayak gini
tuh liat airnya kayak kapas gitu halus, Ini di karenakan cahaya yang
masuk lebih lama oleh karena itu cahaya yang terekan di film akan
seolah-olah menghasilkan effect seperti water flowing (air yang
mengalir)
Shutter speed 2 (semakin cepat shutter speed, cahaya yang di peroleh
film akan semakin sedikit, lebih untuk ke FREEZE MOTION, yakni untuk
membekukan gerakan)
Nah di contoh di atas, kali ini kelakuan teman-temanku yang pengen di
foto sambil loncat. Oleh karena itu aku pilih fast shutter speed untuk
membekukan gerakan temanku yang yang sok-sok’an bisa kungfu ini.
Urutan Shutter Speed dalam perbedaan ukuran satu stop adalah:
1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 ->1/125 ->1/250 ->1/500 ->1/1000 (dalam detik)
3. ISO, Speed of Film
Begini saja, anggap saja ISO ini adalah kunang-kunang yang bekerja di
dalam camera teman-teman. Kalo di camera diset ke ISO 400 berarti
temen-temen mempunyai 400 kunang-kunang yang bekerja, jika teman-teman
set camera teman-teman ke ISO 100 berarti teman-teman cuman punya 100
kunang-kunang untuk bekerja di dalam kamera teman-teman.
Nah ukuran ISO dalam perbedaan satu stop adalah:
100 ->200 ->400-> 800 ->1600
ISO 800 adalah 3 kali lebih sensitif daripada ISO 100 (lebih sensitif
terhadap cahaya 3 stop), tetapi hasil potonya mungkin agak grainy
(seperti berpasir) Nah dalam hal ini lah yang harus menjadi pertimbangan
teman-teman kapan harus kompensasi demikian.
nah itu tadi sedikit ulasan tentang teknik dasar fotografi yaitu
exposure,bagi yang penasaran langsung ambil SLR nya dan langsung aja di
praktekin ya,,untuk trik lain akan di bahas di lain kesempatan,,dan
tetap disaluran yang sama jangan ganti chanel anda..selamaat mencoba..
Teknik dasar Fotografi: Dept of Field (DoF)
oke melanjutkan postingan sebelumnya tentang Teknik dasar
Fotografi,pada postingan kali ini aku akan membahas tentang Dof (bukan
merk sabun lho,hehe),,dan ini adalah istilah umum dalam fotografi yang
sering banget kita dengar bukan.
Secara harafiah Depth of Field (DOF) berarti kedalaman ruang.atau bahasa mudahnya DOF: Ruang tajam
Di dunia fotografi, DOF secara teknis berarti rentang atau variasi
jarak antara kamera dengan subjek foto untuk menghasilkan variasi
ketajaman (fokus) gambar yang masih dapat diterima (tidak blur). Dengan
kata lain, DOF digunakan untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam
foto yang mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan
ketajaman (fokus)
Secara umum, Depth Of Field dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
Jarak fokus utama dari kamera
• Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika
kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh –
dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang
tajam akan menjadi 9x lebar semula.
Bukaan diafragma
• Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma. Contoh: jika
diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang tajam akan
menjadi 2x lebar semula.
“atau bahasa mudahnya semakin besar angka f maka bukaan diafragma semakin sempit dan ruang tajam semakin lebar”
Panjang fokus lensa yang digunakan
• Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus.
Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika
kita mengubah lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah
dari semula).
“atau bahasa mudahnya semakin panjang fokalnya maka ruang tajam semakin
sempit,dan makin pendek fokal makan ruang tajam makin luas”
Semakin lebar sudut lensa maka semakin luas daerah ruang tajamnya.
Ini artinya, ketika kamera di-zoom out, objek yang kita shoot akan
semakin leluasa untuk bergerak maju ataupun mundur dalam jarak tertentu
dari kamera dan masih terlihat tajam/fokus. Ruang tajam yang sempit
dalam pengambilan gambar telephoto, disebut juga DoF sempit, sedangkan
ruang tajam yang luas dalam pengambilan gambar wide disebut juga DoF
luas.
Semakin membuka diafragma, semakin sempit daerah ruang tajamnya. Ini
berarti, mengatur fokus dalam situasi pencahayaan yang kurang akan lebih
problematis dikarenakan diafragma harus membuka lebar dan objek tidak
akan leluasa untuk bergerak mendekat atau menjauh dari kamera karena
akan keluar dari fokus (out of focus).
Informasi Foto:
kamera: Canon EOS 1000d
lensa-panjang fokal: 50mm
bukaan diafragma: f/2
shutter speed: 1/400s
ISO: 100
dengan panjang fokal (focal lenght) 50mm angka diafragma
(f) kecil akan menghasilkan bukaan yang lebar dan ruang tajam yang
sempit sehingga bagian depan dan belakang objek kaktus tersebut tidak
tajam (blur)
Informasi Foto:
lensa-panjang fokal: 18mm
bukaan diafragma maksimal: f/3.5
shutter speed: 1/640s
ISO: 200
dengan panjang fokal 18mm angka diafragma (f) lebih besar dari objek
sebelumnya menghasilkan bukaan yang lebih sempit dan ruang tajam yang
lebih lebar sehingga seluruh sepeda dari depan hingga belakang terlihat
jelas (fokus)
jadi dapat disimpulkan disini bahwa
“semakin besar bukaan diafragma dan semakin panjang Focal lenght maka
ruang tajam semakin sempit seperti gambar pertama, sedangkan semakin
kecil bukaan diafragma dan semakin pendek Focal lenght maka ruang tajam
semakin lebar seperti gambar kedua”
Kombinasi antara telephoto (zoom in all the way) dan diafragma yang
membuka lebar, akan mengakibatkan ruang tajam yang sempit. Satu contoh,
saat pengambilan gambar telephoto (tight shot) seorang penyanyi yang
melakukan konser pada malam hari dengan pencahayaan yang minim, kita
harus berhati-hati dalam mengatur fokus, karena sedikit saja penyanyi
tersebut bergerak mendekat atau menjauh dari kamera, maka dia akan mudah
untuk keluar dari fokus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar